Pejuang Emansipasi Wanita Papua

Author
Published 16 Oktober
Pejuang Emansipasi Wanita Papua

Perempuan- perempuan Papua tidak menyerah untuk mengangkat wanita Papua. Adriana Oiyaitouw Istri (Alm Pdt. Penihas Sawen). Dia masuk dalam barisan Partai, untuk mengangkat emansipasi wanita Papua. Seperti Nyonya Yohana Erari Rumadas almarum.

Pejuang emansipasi wanita Papua dalam berbagai bidang kehidupan, Nyonya Yahanna (Yoyo) Erari Rumadas, menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta, Minggu (16/5), pukul 04.00 Wib dini hari. Istri dari Pendeta Dr Phil Karl Erari yang juga pembela hak-hak rakyat dan mediator Dialog Nasional Tim 100 Papua dengan Presiden BJ Habibie sesama Gubernur Freddy Numberi awal tahun 1999 itu meninggal karena menderita penyakit kanker paru-paru. Meninggalnya Yoyo mendapat perhatian khusus dari Matan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang melayat ke Rumah Duka RS PGI Cikini, Minggu petang. Gus Dur menyatakan "kita kehilangan seorang wanita Papua yang setia dalam memperjuangkan kepentingan kaumnya. Disamping selalu mendampingi suami dalam mendilaogkan masalah-masalah Papua untuk mencapai solusi damai." Selain Gus Dur, melayat juga Tokoh dan Sesepuh Masyarakat Papua, Drs August Kafiar,MA. Dalam deretan karangan bunga terlihat pula turut berduka cita dari Capres Susilo Bambang Yudhoyono, Meneg Percepan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI) Manuel Kaisiepo, Gubernur Papua JP Solossa, Wagub papua Constant Karma, Anggota DPR RI dan sejumlah tokoh nasional. Jenazah hari Senin (17/5) dikirim ke Jayapura untuk dimakamkan di Taman Pekuburan Umum Abepantai. Yoyo lahir di Sorong 5 Desember 1946. Ia menamatkan Sekolah Rakyat (SR) semasa pemerintahan Belanda rakyat. Melanjutkan ke Sekolah Gadis yang disiapkan khusus pemerintah Belanda bagi kaum perempuan. Kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP), saat intergasi Papua ke Republik Indonesia 1 Mei 1963. Selepas SMP, Yoyo melanjutkan studi ke Sekolah Menegah Atas (SMA). Ia mengikuti pendidikan Alkitab di Rabaul Papua Niguini (PNG). Kembali dari PNG, dipercayakan Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, bekerja pada pusat pendidikan dan pelatihan pekerja sosial bagi kaum wanita di Padang Bulan Abepura Jayapura. Lembaga itu mendidik wanita papua dalam berbagai hal. Diantaranya kesehatan, keimanan dan pelestarian alam. Yoyo ditugaskan gereja untuk menjadi ibu Asrama bagi para mahasiswa yang berdiam di Asrama Pdt Yan Mamoribo.

Perempua Papua bisa (Kemampuan Bahasa)

Karena kemampuan bahasa asingnya yang bagus, Yoyo selalu diutus menghadiri berbagai pertemuan gereja dan pekerja sosial di Eropa, Pasifik, Australia dan Asia serta Afrika.Dalam percakapan dengan Pembaruan beberapa waktu lalu,ia menceriterakan pengalamannya ketika pertemuan di Filipina Tahun 1980-an, ketika bertemu dengan teman-teman Papua di perantuan yang memperjuangkan hak-hak kedaulatan bangsa, Yoyo mengatakan "saya adalah warga negara Indonesia. Walaupun lahir sebagai orang Papua, ras Melanesia. Karena itu saya mewakili Bangsa Indonesia, untuk dalam forum untuk berbicara untuk penegakkan nilai kemanusiaan dan persaudaraan,'' katanya. Dalam pertemuan lain di Suva, Fiji, Pasifik, ia bertemu banyak pejuang Papua. Dengan tegas ia mengatakan saya membawa bendera merah putih. Saya harap kita bersatu dan bersaudara dalam Tuhan untuk memajukan Papua dalam negara Indonesia. Terakhir ia mewakili Gereja-geraja di Papua dalam pertemuan mengenai upaya mencegah dan mengatasi penyebaran HIV/AIDS di Thailand awal tahun ini. Ia meminta dukungan internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan dukungan mengatasi HIV/AIDS sebagai penyakit yang akan memusnahkan umat manusia di dunia. Di tingkat lokal, Yoyo, yang menikah dengan Pendeta Phil Karl Erari, dikaruniai dua orang anak yaitu Vivie dan Boaz itu, selalu meminta kepada pemerintah daerah, tanpa memandang siapapun gubernurnya untuk memberikan tempat kepada wanita papua dalam posisi apa saja.

Ia menyerukan kepada pemerintah untuk menyiapkan dana perbaikan gizi bagi anak-anak sekolah. Bahkan meminta masalah mas kawin yang tinggi dan adat jangan menghambat kemajuan wanita-wanita Papua. Selain itu, meminta sesama wanita di Indonesia dan dunia membantu pembangunan wanita di Tanah Kasuari. Yoyo bersama Dorkas Tokoro Hanasbei, Susan Yeblo, Beatrix Koibur, Yusan Yeblo dan sejumlah wanita papua mendirikan Kelompok Kerja Wanita (KKW) Papua untuk memajukan wanita-wanita pedesaan. Ia selalu mendampingi suaminya dalam memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat Papua. Fredy Dusai. (pP)

Copyright © 2021