Kebebasan dan Hak Kehendak Juang Perempuan Papua
Pada saat itu, di Barat muncul gerakan-gerakan feminisme yang mengkritik sistem sosial masyarakat yang menjadikan perempuan sebagai warga kelas dua.
Kata feminisme yang diartikan sebagai gerakan pembelaan terhadap hak-hak perempuan, mengapa ini bisa terjadi? Apakah orang-orang masih menerima pandangan sebagian filsuf dan pemikir kuno dalam masyarakat? Ditahun pertama pada abad ke-20, pemikiran mengenai pembelaan terhadap hak-hak perempuan mulai diangkat beberapa penulis perempuan di Barat, di antaranya oleh Virginia Woolf. Woolf dalam buku romannya mengecam atmosfer superioritas laki-laki dalam masyarakat Eropa saat itu. Dia juga mengkritik semua peran perempuan pada saat itu hanya dibatasi pada peran-peran perempuan dan dibatasi hanya pada urusan keluarga dan rumah tangga, Woolf juga menjelaskan apabila kaum perempuan diberikan kesempatan mereka pasti mampu untuk menghasilkan berbagai hal yang luar biasa baik dan banyak.
Dalam perjuangan orang Papua untuk bebas dari Kolonialisme, Imperialisme atau penjajah perlu memberikan kaum Hawa untuk kebebasan atas hak-hak dasar perempuan.
Pada akhirnya nanti keterlibatan perempuan Papua dalam Gerakan Papua Merdeka, sekarang yang ada dan yang akan datang adalah lahir dari kehendak kesadaran bukan dari pemaksaan belaka. Dan itu akan memberikan kekuatan yang besar dalam perjuangan orang Papua.
Buang pemikiran kaum Adam terhadap perempuan Papua atau pada umumnya sebagai pelengkap, penyemangat, pembantu, penghias dll. hanya untuk meramaikan setiap ruang yang ada bagi kaum lelaki. Tetapi biarkanlah perempuan berjuang dengan dari kehendak kesadaran bukan dari pemaksaan dan keinginan semata. [WatikamKwe]